Selasa, 05 Juni 2012

Solat sebagai Sumber Keimanan dan Ketentraman

           Dear Temen2...Fakultas Tarbiyah "yang butuh makalah pendidikan agama bab shalat...silahkan bisa di copas... tapi ayat alqur'annya dicari sendiri yakk.....:) :)

'Shalat menurut bahasa berarti do’a. Dalam Surat At-Taubah 103 Allah berfirman:

"Ambillah sebagian zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Yakni berdo’alah untuk mereka.

Pertanyaan yang muncul adalah siapakah yang dalam hidupnya tidak ingin mendapat ketentraman jiwa? Ketentraman yang bisa mengantarkan seseorang menuju kehidupan yang lebih baik. Ketentraman yang bisa membawa nikmat kesehatan jiwa dan raga. Ketentraman untuk menuju kebahagiaan dunia akhirat. Ketentraman yang disertai keimanan dalam diri kita. Apa yang harus kita lakukan?

Ingatlah wasiat terakhir yang disampaikan Rasulullah Saw kepada umatnya adalah shalat. “Berkatalah Ummu Salamah Ra, Bahwasanya di antara wasiat-wasiat terakhir Rasulullah Saw adalah shalat, shalat, dan hamba sahaya yang kalian miliki, hingga Nabi Saw berdegup mengulang-ulanginya dalam hatinya hingga yang terucap dengan lisannya tidak jelas.”[1]

Hadist tersebut menunjukkan betapa besar kedudukan Shalat dalam Islam. Wajib bagi setiap orang Islam yang baligh dan berakal sehat, menunaikan ibadah shalat. Kecuali seseorang dalam keadaan haid dan nifas. Ada apa sebenarnya dengan shalat? Benarkah shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman? akan dibahas dalam makalah ini.

       PERMASALAHAN

Dalam makalah ini akan membahas permasalahan sebagai berikut:

1.      Benarkah shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman?

2.      Hal-hal apa saja yang membuktikan shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman?

      PEMBAHASAN

1.      Shalat sebagai Sumber Keimanan dan Ketentraman

Keimanan dan ketentraman adalah dua unsur pembentuk kepribadian seorang mukmin. Ketika keimanan pada diri seorang muslim telah sempurna, maka ia akan menjadi benteng serta penyelamat dari segala bahaya dan kesengsaraan lahir maupun batin.[2] Jika mendapatkan musibah dari Allah SWT dia tidak putus asa, dan jika mendapat kebahagiaanpun dia tak lupa dengan Sang Pencipta. Senantiasa hidup semata-mata untuk memperoleh ridha Allah.

Lingkungan secara langsung tak langsung mempengaruhi fisik dan psikis manusia. Kondisi stres seringkali menimpa setiap orang, ditambah berbagai permasalahan yang muncul semakin memperkeruh fikiran, hati dan jiwa. Hal ini yang menyebabkan kecemasan dan ketegangan. Kitapun sering mengalaminya. Bagaimana cara mengatasinya? Allah SWT berfirman, surat Al-Baqarah 45: 

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”

Allah telah menjadikan shalat dan sabar sebagai sarana meminta pertolongan untuk mengatasi berbagai penyakit, penderitaan dan permasalahan.[3]

Kami ibaratkan shalat bagaikan hembusan angin segar yang merefresh isi kepala kita dan menentramkan hati kita. Menerangi suasana hati yang gelap ataupun fikiran yang keruh. Shalat bagaikan sebongkah es yang mampu mencairkan suasana hati sehingga mampu berfikir jernih dan tenang. Shalat dapat memecahkan keputusasaan dan penderitaan.

Diungkapkan oleh seorang Pakar, Dr. Ross Herfending bahwa di antara pengobatan yang dapat menyembuhkan tekanan jiwa adalah membawa sang penderita berikut problematikanya kepada seseorang yang ia percayai.[4]

Seorang muslim sejati akan selalu berlindung kepada Allah SWT dan mempercayakan segala problematikanya kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Melihat dan Mendengar. Dialah Sang Penguasa segala sesuatu. Kepada-Nyalah segala urusan yang baik dan buruk. Melalui shalat, seorang muslim akan selalu menumbuhkan hubungan antara dia dan Sang Pencipta. Bila jalinan ini kokoh, maka manusia berada dalam tempat yang selamat karena dia selalu bersama Allah. Rasulullah Saw bersabda:

“Shalat telah dijadikan oleh Allah sebagai yang terindah dalam pandangan mataku (sesuatu yang sangat kusenangi).” <HR. Nasa’i>

Yakinlah melalui shalat kita dapat mencurahkan segala isi hati kita kepada Allah, tiap-tiap bacaan yang kita baca mengandung do’a, maknailah dan hayatilah. Jiwa kita akan menjadi tenang dan segala keluh kesah akan terhenti. Shalat sebagai sumber ketentraman.

Bagaimana dengan keimanan? Beriman kepada Allah, tidaklah cukup sekedar mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta dan Pemberi Rezeki. Tidak hanya cukup diungkapkan secara lisan. Tetapi keimanan yang sebenarnya adalah memperbaiki ketauhidan kepada Allah SWT. Dengan tidak menyembah selain Allah, serta menyempurnakan kecintaan kita pada Allah dengan memperbaiki amal ibadah kita, melaksankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Allah SWT berfirman QS. Al Mu’minun 1-2:

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.”

Orang yang khusyu’ melaksanakan shalat. Ia akan merasa dekat dengan Allah. Sehingga dimanapun berada, ia merasa Allah mengetahui gerak-geriknya. Semakin tertanam keimanan yang  kokoh dalam dirinya, sehingga sulit baginya melakukan  perbuatan munkar.

Shalat dikatakan sebagai sumber keimanan dan ketentraman jika seseorang betul-betul melaksanakannya dengan khusyu’. tepat pada waktunya, tidak pernah sesekali meninggalkannya apalagi bermalas-malasan mengerjakan shalat. Shalat merupakan amalan yang utama. Rasulullah pernah ditanya tentang amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab:”Shalat pada waktunya.” (HR. Muslim).

Disebutkan pula dalam firman Allah, Allah mencela orang-orang yang menyia-nyiakan shalat dan orang-orang yang bermalas-malasan mengerjakan shalat.[5]

QS Maryam 59: “Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya. Kelak mereka akan menemui kesesatan.”

2.      Bukti Shalat sebagai Sumber Keimanan dan Ketentraman

Hal-hal apa saja yang membuktikan shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman? Berikut penjelasannya:

a.      Shalat sebagai sarana istirahat bagi Rasulullah

Ketika Rasulullah menderita sakit, ditimpa kesusahan dan kesulitan, beliau selalu melakukan shalat. Dalam sebuah hadist disebutkan:

“Sesungguhnya Nabi bila ditimpa persoalan, beliau minta perlindungan dengan shalat.”

Shalat juga merupakan salah satu sarana bagi istirahatnya Nabi. Bila waktu shalat beliau memanggil sahabat Bilal dengan mengatakan: “Kita beristirahat (bersantai) dengan melakukan shalat, wahai Bilal” (HR. Abu Dawud). Lalu beliau mengistirahatkan dirinya dengan shalat, dengan melepas segala kesibukan, kepenatan, dan problematika keduniaan.

b.      Shalat sebagai sarana komunikasi hamba dengan Allah

Shalat adalah waktu yang tepat, seorang hamba menghadap kepada Allah. Memohon ampunan kepada Allah, meminta petunjuk kepada Allah, dijauhkan dari bencana, dilapangkan rizky, diberi perlindungan, ketentraman, dll. Saat itulah terjalin kedekatan hamba dengan Allah. shalat sebagai media komunikasi hamba dengan Allah.

c.       Shalat memuat bacaan Al-quran yang mengandung obat.

Al quran merupakan obat (penawar) bagi manusia. Allah telah menyebutkan terang-terangan dalam beberapa ayat al-Qur’an, QS. Al-Isra’ 82:

"Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Surat Fushilat 44:

                         "........... Katakanlah, Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman.”

Rasulullah bersabda: ”Sebaik – baiknya obat adalah Al-Qur’an.”

d.      Shalat terdapat tasbih untuk ketentraman jiwa dan hati.

Shalat merupakan tasbih, do’a dan bacaan Al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk bertasbih sebagaimana firman surat Qaf 39-40: “Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesei sembahyang.”

Surat An-Nashr ayat 3:

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya, sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.”

Diceritakan tasbih merupakan penyelamat dan pengaman bagi Nabi Yunus yang telah ditimpa kesulitan dan kesusahan. Beliau mengira tidak akan hidup lagi setelah ditelan ikan. Dengan tasbih ini beliau dapat keluar dari perut ikan dengan selamat.

Allah telah memerintahkan kepada hamba terbaik-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul untuk bertasbih.Kepada Nabi Muhammad Allah berfirman QS Al Hijr 98:

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (shalat)”. Keadaan paling dekat antara hamba dengan Tuhannya yaitu ketika hamba sedang sujud. Allah sedang melihatnya, melihat keadaannya, mendengarkan tasbih dan pujiannya, melihat kekhusyukan dan ketertundukkannya. Sehingga wajib bagi Allah menolongnya atas segala kesusahan yang menimpanya.

e.       Shalat itu pengusir rasa sepi

Perasaan kesepian merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian para dokter kejiwaan saat ini. Karena perasaan ini memberikan reaksi tertentu pada tubuh manusia, sehingga terancam oleh perasaan tertekan. Membiasakan shalat jamaah 5x sehari, menuntut seseorang keluar dari rumahnya menuju masjid setiap hari, Saat di masjid, seseorang akan bertemu dengan saudara-saudaranya, yang memberi kesempatan kepada mereka untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain sebelum atau sesudah shalat.[6] Firman Allah QS Al-Baqarah 43:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” Ayat tersebut merupakan ayat yang mengharuskan ita untuk mendirikan shalat berjamaah bergabung dengan orang-orang lainnya yang sedang shalat.

f.        Shalat itu pencegah dosa-dosa 

Allah berfirman QS. Al Ankabut 45:

" Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Qur’an)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutaaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ustadz Muhammad Ali Ash-Shabuni menyatakan bahwa maksud ayat di atas adalah biasakan dalam mendirikan shalat dengan rukun-rukun, syarat-syarat, dan adab-adabnya. Karena shalat adalah tiang agama. Shalat jamaah, bila dikerjakan dengan syarat-syaratnya, serta etika-etikanya secara khusyu’ dan benar, maka shalat tersebut dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.[7]

g.      Dalam shalat tercermin ukuran kebersamaan

Di antara rasa yang menyakitkan manusia adalah tidak adanya persamaan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini menambah rasa kecemasan dan ketegangan hidup manusia. Shalat mengembalikan keadaan hati manusia menjadi utuh kembali. Di dalam shalat, setiap orang mempunyai kedudukan sama di hadapan Allah. Baik pejabat, rakyat, pimpinan, karyawan, yang kaya maupun miskin, yang kuat maupun lemah.

 

      KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat kami simpulkan:

1.      Keimanan dan ketentraman adalah dua unsur pembentuk kepribadian seorang mukmin. Membawa pada kehidupan yang baik, bahagia dunia akhirat. Shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman jika dikerjakan dengan khusyu’, sungguh-sungguh, penuh penghayatan, tepat pada waktunya, tidak sesekali ditinggalkan apalagi bermalas-malasan mengerjakannya.

2.      Shalat sebagai sumber keimanan dan ketentraman mencakup hal-hal berikut ini:

a)      Shalat sebagai sarana istirahat bagi Rasulullah

b)      Shalat sebagai sarana komunikasi hamba dengan Allah

c)      Shalat memuat bacaan Al-Qur’an yang mengandung obat

d)     Shalat terdapat tasbih untuk ketentraman jiwa dan hati

e)      Shalat itu pencegah dosa-dosa

f)       Shalat itu pengusir rasa sepi

g)      Dalam shalat tercermin ukuran kebersamaan

 

                          


[1] Hadist diriwayatkan oleh Ahmad, dalam Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani,  Rahasia Adzan & Shalat, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2006),111.

[2] Hilmi Al-Khuly. Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, (Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2008),138.

[3] Ibid.

[4] Hilmi Al-Khuly. Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, (Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2008),139.

 [5] Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani,  Rahasia Adzan & Shalat, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2006),122.

 [6] Hilmi Al-Khuly. Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, (Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2008),166.

  [7] Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam Hilmi Al-Khuly. Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, (Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2008),166.